Sunday, June 25, 2017

,

Origamiara - Rezza Dwi



Judul: Origamiara
Penulis: Rezza Dwi
Editor: Pradita Seti Rahayu
Penerbit: Elex Media Komputindo



Blurb:

Menata kertas tak seperti menata hati

Andai mengucap rasa itu semudah melipat kertas ini

Aku akan membentuk berjuta lipatan

Hanya untuk menyampaikan perasaan 

-Ara


Dalam tiap puisi yang ia tulis di origami, ada harapan. Aiara Nadya Noer berharap Fardio Tama tahu kalau di bumi ini ada ia dan perasaannya yang kian lama kian bertambah.


Dalam tiap origami yang Dio temukan di tasnya, ada kebingungan. Dio bukanlah orang yang pandai mengungkapkan perasaan.


Sampai titik mana Ara menyukai Dio diam-diam dan hanya menyampaikannya lewat origami?

Sampai kapan Dio bertahan bungkam seolah tak peduli?


Ada doa yang diucap penuh harap. Ada senyum bibir menepis getir.

Origamiara bercerita tentang Ara, cewek yang suka banget ngelipet origami. Pokoknya tiada hari tanpa ngelipet-lipet origami buat Ara.

Nah, ceritanya Ara ini naksir sama tetangga sekaligus kakak tingkatnya--Fardio Tama atau yang biasa dipanggil Dio. Tapi bagi Dio yang kaku dan gak banyak omong, Ara ini cuma penganggu yang ngeselin abis. Cewek itu sering ngikutin Dio ke mana-mana dan teriak-teriak caper dengan suara yang cempreng gitu haha.




Terus ceritanya, Ara punya kebiasaan diem-diem bikin puisi yang kemudian ditulis di dalam origami buat Dio. Biasanya, setiap hari Senin, Ara selalu masukkin origami itu ke dalam tasnya Dio.


"Dear Fardio Tama

Mungkin, kata orang, aku penakut sejati

Tak berani bilang, hanya sanggup kirim puisi

Menurutku, diam adalah

cara sederhana untuk jatuh cinta

Nyatanya, diam hanya

cara menyedihkanku menggores luka

Karena menyimpan rasa sendiri

tidak menyenangkan sama sekali."

Sementara itu, ada Fardian Tama atau yang biasa di panggil Ian--adeknya Dio. Nah, beda sama Dio, Ian ini orangnya cerewet dan lebih perasa. Berhubung Ian seangkatan sama Ara di kampus, Ian sama Ara juga deket. Kalau mereka udah ketemu dan ngobrol tuh dunia bergoncang rame banget! Cerewet ketemu cerewet! Hahaha.

Nah, gara-gara naksir Dio dan deket sama Ian, Ara jadi agak-agak bergantung gitu sama mereka.




Jadi Ara milih kampus, jurusan, dan mata kuliah yang juga dipilih sama kakak beradik itu karena dia pikir, kalau dia kesulitan, tinggal tanya mereka, dan beres deh!

Tapi gara-gara itu, dia malah jadi bingung sama tujuan hidupnya sendiri.

Sebenernya, dia mau apa?

Sebenernya, dia mau siapa?

/EAA/



... apasih.

Oke, oke, sedikit cerita aja, cerita Origamiara ini udah lamaaa banget ada di library Wattpad saya sebelum ada pengumuman mau terbit, tapi saya enggak sempet baca mulu, wkwk.

Sampai kemudian, ada pengumuman kalau cerita ini mau terbit dan saya langsung panik, hahaha. Pokoknya, saya mau baca ini di Wattpad dulu. Titik.

Terus kan Kak Anny ngumumin tanggal berapa cerita Origamiara bakal dihapus, dan saya juga masih nunda-nunda bacanya (HAHAHA). Terus akhirnya, di hari pas mau dihapus itu, saya inget banget saya lagi liburan acara perpisahan gitu di luar kota dan saya bela-belain baca Origamiara sampai malem banget karena tanggung dan udah mau dihapus.

Tahunya.... besoknya masih ada dan enggak langsung dihapus.... : " ) HAHAHA.

Tapi enggak apa-apa, saya puas kok baca ceritanya. Dan karena saya suka, saya memutuskan buat beli Origamiara pas nanti terbit.

Suatu hari, terbitlah Origamiara. Tapi, saya enggak langsung beli karena setiap mau beli, ada aja buku lain yang lebih menarik perhatian saya. Saking saya enggak beli-beli, saya sampai lupa ini Ara terakhirnya sama siapa, sih? Wkwk.

Jadilah pas saya kemudian beli dan baca, saya kembali baca ini kayak orang yang belum pernah baca versi Wattpad-nya. Yah, ada untungnya juga sih, saya jadi bener-bener lupa ending-nya Ara sama siapa.

Nah, oke, sekarang ayo bahas bukunya! : D.

Di awal cerita, jujur, saya kesel dan merasa tokoh Ara sangat annoying dengan segala sifat cerewet dan capernya. Saya bayangin gimana perasaannya Dio dan saya jadi ikut-ikutan kesel. Tapi lama-lama, saya ngerasa oke oke aja sih, malah jadi unik gitu wkwk.

Kalau tokoh Ian dan Dio, ya ampun saya suka dua-duanya! Kalau disuruh milih... enggak bisa deh.




Ian dan Dio dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ian yang lucu, cerewet, dan supel tapi agak kekanak-kanakkan. Kalau Dio, dia kaku, gak supel, irit ngomong, tapi dewasa.

Nah, antara Ian sama Dio di dalam bukunya juga sempet ada masalah. Ian, sebagai adik, ngerasa kalau dia itu selalu jadi bayang-bayang kakaknya. Orang-orang selalu bilang Ian itu ngikutin kakaknya dll dll. Dia juga selalu ngerasa orangtuanya memperlakukan dia dengan enggak adil.

"Bagi Ian, seorang Fardio hanyalah titik berat Ian untuk membenarkan adanya keadilan."

Kalau Dio ngerasa dia yang selalu ngalah walaupun Ian enggak selalu tahu dia ngalah (?). Ya pokoknya baca aja deh bukunya, ntar ngerti WKWK. Dan dia juga jadi yang suka diandelin sama orangtuanya buat ngelakuin ini-itu, apalagi kalau udah berhubungan dengan Ian. Yah, sebenernya enggak apa-apa sih, tapi kadang, Dio ngerasa...

"Terkadang, menjadi yang diandalkan itu tidak menyenangkan."

Selain itu, yang saya suka lagi dari cerita ini adalah, banyak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Bahasanya Kak Anny pun enak dibaca jadi bacanya cepet! Yay.

Oh ya, saya juga suka puisi-puisinya Ara! HEHE. Ini salah satu puisinya:

"Dear Fardio Tama, 


Aku ingin kamu mendengar

gemuruh ombak di laut

Seperti hati yang menyamakan

nada deru itu saat melihatmu

Kamu dengan tangan

yang selalu ingin aku genggam

Kamu dengan punggung dekat

tetapi sulit aku gapai."

Dan tentu aja, saya suka ending-nya. Iya, akhirnya saya inget ending-nya sama siapa (ya iyalah, orang udah baca....) dan saya PUAS HEHE.








oke, ini paus. /hha/


Tapi, ada beberapa hal yang saya sayangkan dari buku ini.

Seperti yang banyak dibilang orang-orang (terutama di review-review) pengulangan terus-menerus nama lengkap Ara, Ian, dan Dio itu enggak enak dibaca dan bikin jadi... aneh. Maksud saya, oke, saya udah tahu nama lengkap Ara itu Aiara Nadya Noer, Dio itu Fardio Tama, dan Ian itu Fardian Tama. Nah, udah. Menurut saya, cukup sekali atau dua kali disebutin aja enggak apa-apa kok. Kecuali kalau Kak Anny mungkin punya tujuan nyebutin nama lengkap mereka terus-menerus dan itu ngaruh ke alur cerita...? Tapi sampai di titik terakhir (ea) saya masih enggak tahu itu fungsi disebutin nama lengkapnya terus apa.

Sama ada ini yang bikin saya agak bingung:

ini di halaman 30

ini di halaman 50


Kayak nama panjang yang diulang penyebutannya terus, saya juga enggak tahu kenapa perlu disebutin kalau Ara pandai mengatur diri dua kali dengan struktur kalimat yang nyaris sama persis?

Dan omong-omong soal mengatur diri... enggak tahu gimana sama pembaca yang lain, kalau menurut saya sih, Ara enggak sepandai itu mengatur diri. Contohnya ini:


baca aja keseluruhan paragrafnya kalau mau dapat gambaran lebih jelas (?)


Maksud saya, kalau emang Ara pandai ngatur diri, harusnya dia enggak gampang jadi sensitif dan cengeng yang disenggol dikit nabok. Iya kan? Hehe.

Oh ya, terus ada:


mungkin lebih enak kalau 'terpana 'dengan' kamar itu' atau apa gitu? Kalau 'terpana kamar itu' kayak ada kata yang ilang. HEHE /maaf ya sok tau abis wkw/


Sama typo sepele ini:


Harusnya setelan, tapi jujur, pas pertama kali baca, entah saya yang lagi lemot atau gimana, saya harus baca itu dua kali dulu baru ngeh kalau itu typo wkwk.



Oke, oke, itu aja sih, hehe. Ini ada kutipan-kutipan yang saya suka dari Origamiara.


"Bisa melihatnya terasa cukup. Gue merasa jadi makhluk paling bersyukur sedunia. Ketika orang lain banyak meminta, gue udah bisa seneng cuma karena lihat dia. Apa yang lebih menyenangkan dari mendapat bahagia yang sederhana?"

--

"Begini, Fardian. Dulu, gue ngerasa hidup itu nggak adil. Tapi, gue baru ngerasain sekarang kalau semua yang gue rasa nggak adil itu akan indah pada waktunya. Asyik," Ara terkikik. "Yah. Seseorang yang berjalan lebih lambat, sesungguhnya, bisa lebih mendapat banyak. Mereka lebih tahu gimana rasanya jatuh, gimana rasanya sulit, gimana caranya survive, dan gimana menghargai suatu pencapaian."

--

"Tidak semua orang yang tahu akan mengerti. Jika dia tidak memberi, jangan meminta. Jika dia tidak mengejar, kamu perlu sadar. Kamu belum jadi orang cukup berarti untuk dia pertahankan." 

--

"Terkadang, kita butuh bersedih untuk bisa merasakan apa yang dinamakan senang. Terkadang, kita butuh menangis untuk bisa merasakan nikmatnya tertawa."

Terakhir saya kasih 3,5 dari 5 bintang buat origami bentuk bunga!




BTW, ini sumpah enggak penting abis, cuma mau ngasih tahu aja, kan di novel ini ibunya Dio namanya Fara. Nah, saya punya temen namanya Dio dan Fara itu... adeknya x D. Hahaha. Ada apa dengan Dio-Fara?




yaudah sih gitu aja. WWKWK.

0 komentar:

Post a Comment