Friday, June 10, 2016

,

The Lunch Gossip - Tria Barmawi


Judul: The Lunch Gossip
Penulis: Tria Barmawi
Desain sampul: HEVNgrafiz.com
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua, November 2013




Blurb: 
Mereka mencari bitch... dan menemukannya dalam diri mereka masing-masing.

Xylana, Kynthia, Keisha, Vinka, dan Arimbi. Si jutek yang perfeksionis, si cantik yang lembut hati, si serampangan berlidah tajam, si ibu peri yang ramah dan ceria, dan si mungil yang rapuh. Lima orang dengan karakter berbeda terdampar di kantor yang sama.

Dari makan siang bersama, mereka menjadi sahabat sejati. Ada yang menyukai mereka, ada yang membenci mereka. Satu demi satu mereka ditimpa masalah besar.

Apakah ini perbuatan Kasih Kinanti, si superbitch, musuh besar mereka bersama? Atau apakah ada orang lain yang sebenarnya jadi serigala berbulu domba, musuh mereka yang sebenarnya?

Oke, jadi The Lunch Gossip ini bercerita tentang lima orang cewek--Xylana atau yang biasa dipanggil Xixi (ini bukan lagi ketawa, ya), Kynthia dipanggil Tia, Keisha, Vinka, dan Arimbi. Mereka berlima sahabatan, padahal mereka punya karakter yang beda-beda. Dan perbedaannya itu bener-bener beda (??). Kayak misalnya, yang satu kalau ngomong asal nyeplos, yang satu polosnya keterlaluan. Yang satu baiiikk banget, yang satu kelewat jutek dan perfeksionis. Sama ada yang cantik tapi ngenes gitu hidupnya.

Dan seperti cewek-cewek pada umumnya, mereka suka ngerumpi. Biasanya ngerumpinya itu pas makan siang. Mereka ngegosip, bercanda, berantem kayak kucing sama anjing, curhat-curhatan, ya pokoknya begitulah.




Terus, suatu hari, Keisha dateng bawa majalah. Dia nunjukkin artikel di situ tentang bitch. Terus mereka ngira-ngira, siapa bitch di sekitar mereka. Setelah Keisha dan Xixi cekcok (bukan encok) dikit kalau mereka berdua sama-sama bitch, mereka setuju kalau Kasih Kinanti itu superbitch.

Kasih Kinanti (plis Kinanti bukan Kiranti. Emang lagi dapet?) itu orang di kantor mereka yang ngeselin parah. Kasih jelas-jelas enggak suka sama Xixi and friends, dan si Kasih ini suka songong dan keliatan ambisius banget.

Seperti halnya tidak semua orang bernama Sabar adalah orang yang sabar, yang bernama Kasih ternyata tidak selalu penuh kasih. (Halaman 37)

Makanya, waktu berbagai masalah dateng ke mereka, Kasih langsung jadi tersangka utama atas masalah-masalah itu.

Hmm.. tapi, kayak kata di blurb, apa semua itu perbuatan Kasih, atau ternyata ada musuh dalam selimut? Silakan dibaca saajaa!

Oke, jadi saya boleh cerita dikit ya? HAHA. Buku ini saya beli di bookfair gitu. Waktu itu pamerannya tinggal sehari dan saya baru tahu;-; Harga di situ murah-murah banget! Saya beli buku ini kalau enggak 10 ya 15 ribu. Eh, apa 20 ribu? Yang mana ajalah. Yang penting murah HEHE. Dan selain buku ini, saya juga beli Teka-Teki Terakhir-nya Anisa Ihsani (review bisa di lihat di sini: Review Teka-Teki Terakhir)

Saya beli buku ini pertama karena cover-nya bagus banget YAAMPUN (cover yang saya maksud kayak cover yang di identitas buku). Saya suka banget warnanyaa. Dan setelah saya buka-buka, saya tahu itu buku cetakan kedua. Cover lamanya itu kayak gini:



Bagus sih, tapi saya lebih suka yang saya punya sekarang. Btw, di pameran itu ada lanjutannya juga--The Lunch Reunion.



Tadinya saya mau beli, tapi karena saya enggak yakin yang pertama bagus apa enggak (saya lagi jalan. males ngecek Goodreads HAHA) jadi saya enggak beli lanjutannya.

Oke, sekarang selesai cincongnya.

Yang saya suka dari cerita ini adalaah, bahasanya ringan, cocok buat dibaca santai-santai. Terus setiap karakternya itu khas banget! Aaa, saya paling suka Keisha! Saya suka banget soalnya dia kalau ngomong asal nyeplos wkwk. Walaupun kadang ngeselin dan pengin saya sumpel mulutnya, tapi saya suka karakternya HEHE.

Terus Arimbi juga lumayan. Polos polos gobs gitu orangnya. Tapi kadang, dia bisa bijak, lho. Coba baca ini (ini yang ngomong Arimbi):


"Bener, Kay. Enggak ada orang yang suka kalau dirinya disuruh berubah buat orang lain. Kesadaran buat berubah itu harus datang dari diri orang itu sendiri."
(Halaman 71)

Lalu ada Tia. Dia yang saya bilang cantik tapi ngenes dalam kehidupan percintaan gitu.

Terus ada Xixi yang perfeksionis dan tampangnya jutek. Aduh, ini orang saking perfeksionisnya kadang pengin saya apain gitu HAHA.

Terakhir, Vinka yang ramah banget kayak ibu peri.

Mereka semua karakternya menurut saya lumayan kuat. Setiap orang punya masalah sendiri-sendiri dan hampir setiap masalah (enggak semuanya) mereka coba buat selesaikan bersama.

Dan yang saya suka dari buku ini lagi adalah, ada nilai-nilai moralnya. Ini deh satu yang saya suka:

Banyak hal yang tidak seperti kelihatannya. Gunakan sudut pandang berbeda. Lihat dari sudut pandang orang lain. Semakin lama Xixi merenung, rasanya semakin banyak hal yang tidak diketahuinya. Ternyata benar, apa yang kita pandang baik belum tentu baik, dan sebaliknya yang kelihatan buruk belum tentu buruk. (Halaman 167)

Terus oh ya, uniknya di sini itu ada tips-tips gitu. Lucu deh. Ini beberapa saya fotoin:






Sama ada kutipan di halaman terakhir:



Oke, sekarang kurangnya buku ini. Seperti halnya buku kebanyakan, masih ada beberapa typo. Kayak typo kata atau typo nama. Tapi selama saya masih bisa ngerti (saya mah orangnya pengertian) saya enggak kenapa-kenapa, sih.




Tapi ada beberapa yang mau saya bahas. Misalnya, ada ini di tips memilih baju kerja dari Arimbi.

Menurut saya kalimatnya enggak enak (terutama karena 'buat'-nya dobel gitu). Menurut saya lebih enak kalau kalimatnya diganti jadi: Blus yang biasa kamu pakai sebagai daleman blazer, bisa kamu jadikan daleman untuk rok terusan. (hashtagsotoy)


Terus ada ini yang menganggu banget buat saya:



Saya kalau ngetik di chat atau di mana gitu selalu 'gue'. Saya anti 'gw'--gatau gasuka aja ngelihatnya. Tapi kalau di chat yaa, masih okelah. Tapi ini di percakapan dalam novel kawan-kawan. NOVEL. Ok.


gw shock

Oh iya, ada nih semacam hal yang tidak logis buat saya. Jadi di sini diceritakan, Xixi, Tia sama Keisha lagi mau ke ruang rawat inap Vinka. Pas mau masuk, Xixi tiba-tiba berhenti jalan sebelum masuk, soalnya di dalem Vinka lagi ngobrol sama Aldo. Nah, obrolannya kedengeran sampai luar, dan mereka dengerin gitu.

Ya, masuk akal, kan? Tapi masa ada ini:



GUMAM WOI. Gumamannya kedengeran sampe luar! Ini entah tiga orang yang di luar ngorek kuping tiap hari apa yang di dalem pas menggumam ada mik gitu di sampingnya. Hmm. #misteriilahi


OK.

Overall, novel ini lumayan buat bacaan ringan. Rada kocak gitu juga sih (gatau kocak atau saya yang receh hm). Dan ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari pohon buku ini.

Jadii, oke, saya kasih 3 dari 5 bintang buat grup yang sering makan siang di foodcourt!



0 komentar:

Post a Comment